Di Balik Redupnya Lampu Ruangan , Ini Suka Duka Hidup Seorang LC
- account_circle Naw
- calendar_month Sel, 16 Sep 2025
- comment 0 komentar

Seorang LC di salah satu tempat hiburan malam di Kota Madiun (Foto : Naw,NewsTujuh)
NEWSTUJUH.COM , MADIUN – Dunia malam selalu menyimpan cerita yang tak banyak diketahui orang. Di balik dentuman musik, lampu redup, dan senyum manis yang disuguhkan, ada sosok-sosok perempuan yang akrab disebut LC (Lady Companion). Mereka menjadi teman minum, pemandu karaoke, bahkan sekadar pendengar setia bagi tamu-tamu yang datang.
Namun, di balik senyum yang selalu terlukis, tersimpan beban hidup yang kerap tak terlihat. R (23) seorang LC di salah satu tempat hiburan malam di Kota Madiun menuturkan bahwa tidak sedikit dari mereka yang memilih jalan ini karena tuntutan ekonomi. Ada yang menjadi tulang punggung keluarga, ada pula yang terjebak karena keterbatasan pilihan pekerjaan.
“Kalau tamu baik, kita juga bisa kerja dengan tenang. Tapi kalau tamu kasar, itu yang bikin berat,” ujar R sembari menunduk,Selasa 16 September 2025 02.45 WIB dini hari.
Sisi lain profesi ini juga kerap diliputi stigma sosial. Di mata sebagian masyarakat, LC sering disamakan dengan dunia prostitusi. Padahal, tidak semua yang bekerja sebagai pemandu karaoke terjerumus sejauh itu. Banyak dari mereka yang hanya berperan sebagai teman ngobrol dan penghibur di meja tamu.
“Kita tetap manusia biasa, punya harga diri, punya keluarga. Hanya saja jalan hidup memaksa kami berada di sini,” tambahnya.
Meski demikian, ada pula sisi suka yang mereka rasakan.Teman R berinisial S (22) yang kebetulan menjadi LC sejak 3 Tahun yang lalu juga menambahkan ketika menjadi LC pendapatan yang lumayan besar dalam waktu singkat menjadi daya tarik utama. Selain itu, beberapa LC merasa mendapat pengalaman berharga dalam berinteraksi dengan berbagai karakter orang.
“Aku jadi bisa cepat membaca sifat orang, tahu mana yang tulus mana yang cuma main-main,” ungkapnya.
Kehidupan sebagai LC ibarat dua mata pisau: di satu sisi bisa menjanjikan penghasilan, namun di sisi lain menyisakan tekanan mental, fisik, dan stigma. Sebuah jalan yang tak semua orang rela menempuh, tapi bagi sebagian perempuan, menjadi pilihan untuk bertahan hidup.
- Penulis: Naw
- Editor: Narulata
Saat ini belum ada komentar