Konflik di Dapur MBG: Batasan Kerja Kabur, Komunikasi Rusak
- account_circle HER
- calendar_month Kamis, 9 Okt 2025
- comment 0 komentar

Situasi dapur MBG dengan para pekerja menyiapkan makanan. (Foto : Dok NewsTujuh)
NEWSTUJUH.COM , MADIUN – Publik berpikir bahwa konflik di dapur MBG itu hanya soal keracunan makanan padahal yang membuat ribut itu justru tidak adanya batasan kerja.
Naw , seorang jurnalis media daring menyampaikan statement tersebut ketika menerima pertanyaan warga masyarakat terkait permasalahan MBG yang beberapa pekan kemarin ramai dibahas di berbagai platform sosial media.
“Dapur bisa kacau kalau tidak adanya batasan antara yayasan , mitra dan Kepala SPPG”,jelasnya.
Naw menambahkan di beberapa dapur , peran antara yayasan , mitra penyedia bahan dan Kepala SPPG sering tumpang tindih.
“Kadang yayasan ikut ngatur operasional dapur , mitra ambil keputusan tanpa koordinasi bahkan menganggap SPPG hanya pelaksana dan akhirnya komunikasi rusak , bahan tidak sesuai standar , kerjaan tumpang tindih bahkan akhir akhir ini banyak kasus keracunan massal”,tukasnya.
Menurut Naw , permasalahan diatas solusinya cukup sederhana yaitu harus adanya batasan dan SOP yang tertulis dengan jelas.
Yayasan berperan sebagai pengawas dan penentu kebijakan , kemudian Mitra harus fokus pada penyediaan hal yang diperlukan di dapur.
Lalu tugas Kepala SPPG adalah mengatur dapur , SDM dan standar keamanan makanan dan jika kita mengetahui batasan batasan kerja , maka dapur bisa berjalan lancar aman dan profesional.
“Makanya , di file dapur MBG harus sudah disiapkan template dokumen pembagian tugas dan SOP nya biar tidak ada lagi tumpang tindih peran.Karena dapur yang sukses itu bukan yang sibuk , melainkan yang tertata”, tambahnya.
Publik banyak juga yang memprotes MBG agar dihentikan tetapi masyarakat juga jarang membahas manfaat yang bisa dinikmati dari program MBG.
Secara tidak langsung , manfaat pertama program MBG adalah memberikan banyak pekerjaan bagi masyarakat seperti halnya di setiap dapur SPPG terdapat setidaknya 50 orang meliputi Kepala SPPG ,Ahli Gizi , Akuntan dan 47 orang lainnya.
Yang kedua adalah perputaran ekonomi di masyarakat Indonesia seperti halnya supplier yang diambil dari pasar terdekat , selain itu ada banyak petani dan tambahan pekerjaan lain yang turut membantu pergerakan ekonomi.
Yang ketiga adalah pencegahan stunting karena sasaran MBG bukan hanya anak sekolah tetapi juga ibu hamil dan menyusui.
- Penulis: HER
- Editor: NARULATA

Saat ini belum ada komentar