Wayang Babad Kartasura Jadi Puncak Gelar Budaya Sedulur Sejati
- account_circle Naw
- calendar_month Ming, 21 Sep 2025
- comment 0 komentar

Wayang Babad Kartasura Lakon Raden Mas Said dan Sunan Kuning
NEWSTUJUH.COM | Kartasura – Malam Minggu, 20 September 2024, menjadi momen istimewa bagi warga Desa Kranggan Makamhaji, Kartasura. Sebagai acara puncak rangkaian Gelar Budaya Sedulur Sejati, digelar pementasan Wayang Babad Kartasura dengan lakon “Perjuangan Raden Mas Said dan Sunan Kuning”.
Pertunjukan yang dibawakan oleh dalang Ki Amar Pradopo, putra dari almarhum Ki Warsino Slenk, berlangsung sejak pukul 20.15 WIB hingga 01.30 WIB. Acara ini diselenggarakan di Bangsal Kreatif Seni Makamhaji dan dihadiri ratusan penonton dari berbagai kalangan pecinta seni dan budaya.
Untuk mengenang Persahabatan Ki Warsino Slenk dan Dr. Djuyamto,
Dalam sambutannya, RAy Dyah Ayu Kusuma Wijaya, mewakili suaminya KRA Dr. H. Djuyamto, S.H., M.H., selaku pemrakarsa Wayang Babad Kartasura, tak kuasa menahan haru. Ia menyinggung persahabatan tulus antara almarhum Ki Warsino Slenk dengan KRA Dr. Djuyamto yang dilandasi niat menjaga budaya bangsa.
Tangisan tersebut menjadi momen emosional yang menegaskan bahwa persahabatan sejati bukan sekadar hubungan personal, tetapi juga ikatan kuat dalam melestarikan warisan leluhur.
Sementara itu, Ki Amar Pradopo menyampaikan bahwa inisiatif Gelar Budaya Sedulur Sejati lahir dari nilai persahabatan. Menurutnya, kegiatan ini tidak didasari kepentingan pribadi, melainkan dorongan untuk menjaga dan menghidupkan kembali seni budaya lokal.
Sebelum pementasan dimulai, RAy Dyah Ayu Kusuma Wijaya menyerahkan sosok wayang kulit tokoh Raden Mas Said dan Sunan Kuning kepada dalang Ki Amar Pradopo. Prosesi ini menjadi simbol penting bahwa generasi penerus siap melanjutkan estafet pelestarian seni budaya.
Dalam pengantarnya, Ki Amar menegaskan bahwa Wayang Babad Kartasura berbeda dengan wayang konvensional. Lakon yang dimainkan bukan fiksi seperti Mahabarata atau Ramayana, melainkan berdasarkan fakta sejarah yang diolah dalam bentuk seni pertunjukan.
Wayang Babad Kartasura lahir dari kolaborasi lintas disiplin, melibatkan seniman, budayawan, dan ahli sejarah. Di antara tokoh yang terlibat adalah Ki Wahyu Dunung Raharjo, Ki Tulus Raharjo, dan Dr. Rudi Wiratama.
Menurut Ki Amar, kerja sama lintas profesi ini penting agar pertunjukan wayang tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga sarana edukasi sejarah yang akurat dan relevan dengan masyarakat modern.
Acara tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono, S.Pd., M.Pd., Kapolsek Kartasura AKP Tugiyo, S.H., M.H., Danramil 06 Kartasura Kapten Inf. Ismail, serta Kepala Desa Makamhaji Agus Purwanto, S.E.
Mereka menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas pementasan yang bertepatan dengan Ambal Warsa Kartasura ke-345 tahun. Doa dan harapan disampaikan agar acara ini terus berlanjut serta memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Salah satu penonton, KRA Kuncoro Adinigrat, menyatakan rasa bangganya bisa menyaksikan pertunjukan ini. Menurutnya, Wayang Babad Kartasura mampu menjadi media edukasi sejarah bagi masyarakat Kartasura dan generasi muda.
“Pertunjukan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga pelajaran tentang sejarah perjuangan lokal. Saya sangat bangga bisa hadir,” ungkapnya.
Penampilan Memikat Dalang Ki Amar Pradopo. Antusiasme penonton terlihat dari awal hingga akhir pementasan. Tidak ada kursi kosong karena warga begitu terhanyut menyimak jalannya lakon.
Olah sabetan wayang yang apik, ditunjang efek tata cahaya (lighting) yang berpadu dengan alunan gamelan, membuat penonton berkali-kali memberikan tepuk tangan meriah.
Pertunjukan ditutup dengan tancep kayon, menandai akhir dari perjalanan lakon yang memikat dan penuh makna.
Pementasan Wayang Babad Kartasura dengan lakon Perjuangan Raden Mas Said dan Sunan Kuning bukan hanya suguhan budaya, melainkan juga media pelestarian sejarah serta simbol kuatnya persahabatan sejati.
Kehadiran masyarakat, tokoh budaya, dan pejabat daerah menunjukkan dukungan penuh terhadap upaya Bangsal Kreatif Seni Makamhaji dalam menjaga warisan budaya. Acara ini membuktikan bahwa seni tradisi masih mendapat tempat di hati masyarakat sekaligus menjadi inspirasi generasi penerus.
- Penulis: Naw
- Editor: Narulata
Saat ini belum ada komentar