Profesionalisme Dapur Dipertanyakan Program MBG di Trenggalek Tuai Sorotan
- account_circle Bayu Krisna
- calendar_month Sabtu, 4 Okt 2025
- comment 0 komentar

Wali Murid SMPN 5 Trenggalek Menunggu Makanan Bergizi Gratis yang Terlambat. (Foto : Bayu, NewsTujuh)
NEWSTUJUH.COM | TRENGGALEK – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 5 Trenggalek menuai sorotan. Pada Jum’at, 3 Oktober 2025, sejumlah wali murid mengeluhkan keterlambatan distribusi makanan yang berdampak langsung pada jadwal kepulangan siswa. Kritik tajam pun diarahkan pada dapur penyedia makanan, mitra Yayasan Peduli Indonesia, yang dinilai belum profesional dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Endah, salah satu wali murid, menyebut seharusnya makanan tiba sekitar pukul 09.00. Namun kenyataannya, hingga waktu pulang sekolah, kiriman belum juga datang. “Anaknya seharusnya sudah pulang, tapi pihak sekolah menahan dulu karena menunggu makan gratisnya. Wali murid juga ikut menunggu di pinggir jalan dalam kondisi tidak jelas,” ujarnya dengan nada kecewa.
Akibatnya, agenda sekolah di hari Jumat pun terganggu. Para siswa yang semestinya pulang sebelum solat Jumat diminta tetap di sekolah hingga makanan tiba. Bahkan, wali murid menyebut biasanya ada dua mobil distribusi, namun kali ini hanya satu mobil yang datang.
Salah satu wali murid bahkan sampai merekam kondisi para orang tua yang menunggu berjam-jam di depan sekolah. Dalam video itu terlihat puluhan ibu-ibu dan bapak-bapak berdiri di bawah terik matahari menanti anak-anak mereka yang tertahan di sekolah. “Kasihan orang tua, pada menanti ini anak-anaknya suruh jum’atan, suruh nunggu MBG-nya,” ujar perekam video tersebut.
Saat dikonfirmasi, pihak dapur mitra di Desa Karangsoko melalui Ibu Ana, pengelola mitra Yayasan Peduli Indonesia, menyatakan bahwa keterlambatan disebabkan mobil pengantar lebih dulu digunakan untuk mengambil wadah (ompreng) makanan dari lokasi lain. “Masih perlu evaluasi lagi, baru dua hari berjalan, jadi masih belum terbiasa, masih belajar,” ujarnya.
Namun, alasan ini justru memunculkan kritik baru. Penggunaan kendaraan distribusi dianggap bentuk ketidakprofesionalan yang mengorbankan ketepatan waktu distribusi ke sekolah.
Program MBG merupakan kebijakan pemerintah pusat dengan tujuan mulia: menjamin gizi anak sekolah secara tepat waktu dan tepat sasaran. Namun, kinerja dapur menunjukkan lemahnya kesiapan manajemen. Dengan dalih “masih belajar”, mereka dinilai abai terhadap aturan dasar program yang mengedepankan disiplin dan ketepatan waktu.
“Program ini bagus, tapi kalau dapurnya tidak siap dan tidak disiplin, justru merugikan anak-anak. Mereka yang jadi korban,” keluh wali murid lainnya.
Para wali murid menegaskan, distribusi makanan gratis harus tepat waktu dan tidak mengganggu aktivitas belajar maupun jadwal siswa. Mereka mendesak pihak dapur lebih profesional dan tidak lagi menggunakan alasan teknis untuk menutupi kelemahan manajemen.
“Kalau ini terus terjadi, program yang seharusnya menyehatkan malah jadi masalah baru,” pungkas seorang wali murid.
- Penulis: Bayu Krisna
- Editor: Narulata

Saat ini belum ada komentar