Ancaman Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia
- account_circle Dora Rahma
- calendar_month Rabu, 29 Okt 2025
- comment 0 komentar

Diagram Mikroplastik (Foto : Dora,NewsTujuh)
NEWSTUJUH.COM | JAKARTA — Fenomena mengkhawatirkan kembali mencuat di Ibu Kota. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya mikroplastik dalam air hujan Jakarta, membuka babak baru persoalan pencemaran udara dan lingkungan yang semakin kompleks.
Partikel mikroplastik tersebut berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan, hingga sisa pembakaran plastik, yang melayang di atmosfer sebelum akhirnya turun ke bumi bersama tetesan hujan.
Penemuan ini menjadi peringatan serius bahwa polusi plastik tidak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga telah menembus udara yang kita hirup dan air hujan yang kita gunakan sehari-hari.
Menurut Dr. Annisa Utami Rauf, Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), mikroplastik membawa ancaman besar terhadap kesehatan manusia.
“Dalam penelitian pada hewan, partikel mikroplastik ditemukan di beberapa organ vital dan berpotensi mengganggu sistem reproduksi,” jelas Annisa pada Rabu (29/10/2025).
Ia menambahkan, daerah perkotaan padat seperti Jakarta memiliki risiko paparan mikroplastik yang lebih tinggi karena penggunaan plastik sekali pakai masih sangat tinggi.
Meskipun kampanye ramah lingkungan mulai meningkat, tingkat kesadaran masyarakat masih tergolong rendah.
Penelitian global sebelumnya juga mendeteksi keberadaan mikroplastik di darah dan organ manusia, memperkuat dugaan bahwa partikel ini bisa bertahan lama di tubuh.
Namun, efek spesifik terhadap manusia masih terus dikaji, sehingga langkah pencegahan menjadi hal yang mendesak.
“Kita belum tahu pasti efek jangka panjangnya, tetapi langkah preventif harus dimulai sejak dini,” tegas Annisa.
Sebagian besar paparan mikroplastik berasal dari kebiasaan konsumtif masyarakat, terutama dalam penggunaan kemasan makanan dan minuman plastik seperti air botol sekali pakai dan wadah panas.
Annisa mengingatkan agar masyarakat mulai mengubah gaya hidup dengan mengurangi plastik sekali pakai, membawa tumbler atau botol minum sendiri, dan menghindari kantong plastik konvensional.
“Langkah kecil seperti membawa botol minum sendiri memiliki dampak besar dalam menekan akumulasi mikroplastik di lingkungan,” tambahnya.
Selain masyarakat, industri dan pemerintah juga memegang peran kunci dalam mengendalikan polusi plastik.
Produsen plastik diimbau menjalankan program daur ulang (take back trash) dan memperkuat rantai pengumpulan sampah dari hulu ke hilir.
Annisa menekankan bahwa upaya mengatasi krisis mikroplastik harus dimulai dari penerapan prinsip reduce (mengurangi) dan reuse (menggunakan kembali).
Sejumlah negara maju bahkan memberikan insentif bagi masyarakat yang mau mendaur ulang produk plastik atau mengembalikan kemasan bekas pakai.
“Program pengurangan sampah plastik hanya akan efektif jika dilakukan lewat kolaborasi antara industri, pemerintah, dan masyarakat,” ujarnya.
Peneliti BRIN juga memperingatkan, riset terbaru menunjukkan mikroplastik kini telah ditemukan di awan dan atmosfer, membuktikan bahwa polusi plastik telah menjangkau seluruh lapisan bumi.
“Jika sumbernya tidak segera dihentikan, dampaknya akan semakin luas dan berbahaya bagi generasi mendatang,” pungkas Annisa.
- Penulis: Dora Rahma
- Editor: Nur Ulfa , Narulata

Saat ini belum ada komentar