Video @viralforjustice Bermuatan SARA Picu Kekhawatiran Publik Surabaya
- account_circle Naw
- calendar_month Selasa, 25 Nov 2025
- comment 0 komentar

Ketua AMI Baihaki Akbar memberikan pernyataan terkait video @viralforjustice bermuatan SARA di Surabaya. (Foto : Naw, NewsTujuh)
Video unggahan akun Instagram @viralforjustice tengah menjadi sorotan tajam setelah narasinya dinilai mengandung unsur provokatif dan bernuansa SARA.
NEWSTUJUH.COM, SURABAYA – Sebuah video yang diunggah akun Instagram @viralforjustice tengah menjadi sorotan tajam setelah narasinya dinilai mengandung unsur provokatif dan bernuansa SARA. Dalam video itu, pengunggah menyebut bahwa gerakan “#forjustice” hadir untuk “mengembalikan hak, harkat, dan martabat orang Surabaya, terutama orang Jawa.”
Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran publik karena dianggap membuka ruang lahirnya sentimen etnis di Surabaya—kota multikultural yang dihuni beragam suku dan etnis dari seluruh Nusantara.
Para pengamat sosial menilai narasi semacam ini memiliki potensi memecah belah jika dibiarkan menyebar tanpa klarifikasi. Surabaya selama ini dikenal sebagai kota dengan toleransi tinggi, sehingga konten bernuansa identitas dianggap sangat sensitif.
Ketua Umum Aliansi Madura Indonesia (AMI), Baihaki Akbar, mengeluarkan respons keras terhadap beredarnya video tersebut. Menurutnya, narasi yang menonjolkan superioritas etnis bukan hanya tidak etis, tetapi berpotensi mengancam stabilitas sosial.
“Kami mengecam keras narasi bernuansa SARA dalam video tersebut. Ini bukan hanya tidak mendidik, tetapi berpotensi memecah belah masyarakat Surabaya. Tidak ada ruang untuk sentimen etnis dalam gerakan apa pun, apalagi yang mengatasnamakan keadilan,” tegas Baihaki.
Baihaki menegaskan bahwa Surabaya tumbuh berkat kontribusi beragam kelompok.
“Surabaya dibangun oleh kerja keras banyak etnis—Madura, Jawa, Tionghoa, Arab, Batak, dan ratusan kelompok lainnya. Tidak pantas ada pihak yang mencoba mengklaim Surabaya sebagai milik satu golongan saja,” ujarnya.
Ketua AMI itu juga mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati menyikapi konten digital yang mengandung narasi provokatif. Menurutnya, minimnya literasi digital sering membuat masyarakat mudah terpengaruh dan terbawa arus isu identitas.
“Masyarakat jangan mudah terpancing. Kami mendorong semua elemen untuk menjaga ruang digital tetap sehat dan tidak dijadikan panggung adu domba,” kata Baihaki.
AMI menyatakan kesiapannya berkolaborasi dengan pemerintah, komunitas lokal, hingga akademisi untuk mendorong edukasi digital serta pencegahan konflik sosial berbasis identitas.
Selama ini, Surabaya dikenal sebagai kota urban dengan tingkat keberagaman tinggi dan mobilitas penduduk yang masif. Meski heterogen, kota ini mampu menjaga stabilitas sosial dan kohesi masyarakat.
Kemunculan konten yang mengandung sentimen etnis dianggap sangat berbahaya karena dapat merusak harmoni sosial yang telah lama terbangun.
Baihaki menilai perlu adanya sistem pelaporan dan deteksi dini terhadap konten-konten digital yang terindikasi SARA. Selain itu, peran pemerintah kota dalam menjaga ruang publik—baik fisik maupun digital—juga dinilai penting.
“Kami berharap pemerintah daerah memperkuat sistem deteksi dini dan memastikan Surabaya tetap kondusif,” pungkasnya.
- Penulis: Naw
- Editor: Narulata

Saat ini belum ada komentar