Mengenang Rel Yang Terlupakan : Sejarah Jalur Kereta Api Madiun–Ponorogo

Peta jalur kereta api Madiun - Ponorogo
Peta jalur kereta api Madiun - Ponorogo (foto:Arsip Belanda,Newstujuh)

NewsTujuh.com , MADIUN – Di balik megahnya Gunung Wilis dan Lawu, terbentang sebuah jalur kereta api yang kini terlupakan: Madiun–Ponorogo. Jalur ini dulunya lahir dari ambisi besar para investor dan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ingin menghubungkan kawasan pedalaman Jawa Timur ke pusat-pusat ekonomi.

Pada 1882, dua tokoh penting, JM. Langeveld dan D. Soesman, mengajukan petisi kepada pemerintah kolonial untuk membangun jalur kereta dari Surabaya menuju Wonogiri, Pacitan, hingga Panggul, Ponorogo, dan Madiun. Setahun kemudian, Langeveld kembali mengajukan konsesi untuk mengembangkan rute Palur–Wonogiri–Ponorogo–Madiun–Tulungagung. Namun, rencana ini tidak langsung berjalan mulus.

Bacaan Lainnya

Pemerintah Hindia Belanda sempat mempertimbangkan apakah jalur ini sebaiknya dikelola swasta atau pemerintah. Dalam laporan Direktur B.O.W. (Departemen Pekerjaan Umum) tahun 1903, disarankan agar jalur Madiun–Ponorogo dibangun dan dikelola langsung oleh pemerintah agar tarif lebih terjangkau dan dampak ekonominya lebih luas.

Dengan anggaran sebesar f 1.890.000, pembangunan dimulai tahun 1905. Dalam kurun dua tahun, jalur ini secara bertahap dibuka:

1 Mei 1907: Madiun–Mlilir (23 km) beroperasi,

10 November 1907: Ponorogo–Balong dibuka,

1 Desember 1907: Ponorogo–Sumoroto resmi beroperasi.

Pembangunan ini berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal dalam Staatsblad 1905 No. 11, yang menetapkan jalur ini akan melayani angkutan penumpang dan barang, dengan izin pengelolaan selama 99 tahun.

Jalur sepanjang 54,2 km ini memiliki 19 halte yang membentang dari Madiun hingga Ponorogo, membelah kawasan subur di sepanjang Sungai Madiun. Daerah ini dikenal sebagai lumbung padi dan penghasil gula serta kayu jati yang diekspor ke luar daerah. Selain itu, jalur ini menghidupkan aktivitas ekonomi penduduk lokal maupun masyarakat Eropa di pedalaman.

Sayangnya, seiring perkembangan zaman, kejayaan jalur Madiun–Ponorogo perlahan meredup, terlupakan di antara deru pembangunan modern.

Kini, yang tersisa hanyalah kenangan dan jejak sejarah tentang sebuah jalur yang pernah menjadi nadi penting pergerakan ekonomi di jantung Pulau Jawa.

Kutipan : Septian Dwita Kharisma (Historie Van Madioen)

Pos terkait