Tradisi Kupatan Atau Bodo Kupat , Sebuah Tradisi Yang Hampir Dilupakan

IMG 20250407 WA0006 IMG-20250407-WA0006
Ibu ibu bergotong royong menyiapkan kupat sayur untuk dinikmati bersama sama (Foto:Yog, Newstujuh)

NewsTujuh.com , MADIUN – Hari raya idul Fitri telah dilalui,namun euforianya masih terasa.Di tujuh hari dari hari raya ini,masih bisa kita rasakan suasana suka cita lebaran di sekitar kita.meskipun arus balik sudah mulai nampak diruas jalan utama kota kota diseputaran kabupaten Madiun.

Tak beda jauh sperti yang dirasakan warga Tanjung Rejo, kecamatan Madiun kabupaten Madiun ini.Di H+7 lebaran ini warga desa Tanjung Rejo masih melakukan acara tradisi yang turun temurun mereka lakukan,tradisi ini disebut Kupatan/bodo kupat.

Bacaan Lainnya

Tradisi ini setiap tahun dilakukan oleh warga desa sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan berkah yang diberikan pada warga desa.

Tak hanya itu saja,kegiatan ini merupakan usaha warga desa untuk mempererat tali silaturahmi di antara warga nya,di sini mereka membaur saling berbagi dan saling bercengkrama satu sama lainnya,tanpa memandang latar belakang keluarga dan tingkat perekonomian.

Pada peringatan kupatan idul Fitri tahun ini,lewat LAD (lembaga adat desa) Tanjung rejo.mengadakan kupatan di masjid desa yang terletak tak jauh dari bbalai desa setempat.

LAD tanjung Rejo mengundang KH.Mustofa Ibrrahim,beliau adalah Rois Syuriah PCNU Kabupaten Madiun,dalam ceramah beliau saat mengisi kegiatan ini berpesan kepada masyarakat desa Tanjung Rejo khususnya agar selalu menjaga tali silaturahmi dan menjaga adat istiadat yang sudah turun-temurun dari para leluhur desa.dimana hari ini makin tergerus oleh perkembangan jaman.

“Dalam bulan yang penuh berkah ini kita semua wajib untuk menjaga silaturahmi antar sesama warga.serta selalu memegang teguh tradisi dan budaya yang sudah sejak lama diwariskan kepada kita oleh para leluhur yang sudah mendahului kita semua,serta selalu mengenalkan ini semua ke generasi muda kita,karena perkembangan jaman sekarang sudah sangat menghawatirkan “ujarnya

Tak hanya berpesan untuk menjaga silaturahmi KH.Mustofha Ibrahim juga berpesan agar tidak lupa dengan jati diri dan asal usul leluhur desa Tanjung Rejo.seperti yang diketahui berdasarkan cerita tutur dan beberapa bukti menunjukkan warga desa Tanjung Rejo adalah keturunan dari pasukan pangeran Diponegoro yang bersembunyi dari kejaran belanda.maka dengan itu warga desa harus selalu memegang teguh filosofi phon tanjung sawo Kecik dan mertego.

“Tak lupa saya ingatkan dari mana kita berasal,leluhur kita adalah pejuang yang berjuang untuk kemerdekaan,selalu filosofi yang terkandung di ajaran kenapa kita menanam pohon tanjung,sawo Kecik dan mertego.wong jowo yen pengen merdiko kudu laku seng becik lan kudu seng jungkung(orang Jawa kalo ingin merdeka/sukses,harus berperilaku baik dan selalu bekerja keras)” pungkasnya.

Pos terkait