NewsTujuh.com , TRENGGALEK – Suasana Gedung DPRD Trenggalek mendadak riuh, Senin (5/5/2025), saat puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek menggelar aksi protes. Mereka datang bukan sekadar membawa poster, melainkan juga membawa bara kegelisahan atas carut-marut dunia pendidikan di tanah kelahiran mereka.
Dengan suara lantang, mereka menuntut: hentikan korupsi dana pendidikan, bebaskan sekolah dari pungutan liar, dan wujudkan lingkungan belajar yang aman dari kekerasan seksual. Teriakan mereka menggema, menembus dinding gedung wakil rakyat.
“Kami muak dengan praktik busuk yang merampas hak-hak anak didik!” seru Rian Firmansyah, koordinator aksi, di atas mobil komando.
Ia mengungkap dugaan penyalahgunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), termasuk pembelian dua jenis buku yang dinilai tak masuk akal: buku disiplin lalu lintas seharga Rp 350 ribu dan buku anti korupsi seharga Rp 1,5 juta. “Uang sebanyak itu untuk buku? Ini jelas pemborosan dan mengabaikan kebutuhan nyata siswa!” tambahnya dengan geram.
Tak hanya itu, GMNI juga menyoroti biaya pendidikan yang kian mencekik. Meski pemerintah mengklaim pendidikan gratis, faktanya pungutan liar masih menghantui orang tua murid, baik di sekolah negeri maupun swasta. “Pendidikan gratis bukan sekadar nol rupiah di atas kertas, tapi juga bersih dari segala bentuk pungli,” tegas Rian.
Ketimpangan pendidikan juga menjadi sorotan tajam. Rian dan kawan-kawan menyuarakan nasib siswa di pelosok Trenggalek yang hingga kini terpinggirkan dari akses fasilitas layak. “Jangan biarkan anak-anak desa terus tertinggal hanya karena lahir di tempat terpencil,” katanya.
Lebih miris lagi, GMNI membuka fakta pilu soal kekerasan seksual yang masih menghantui institusi pendidikan, mulai dari sekolah menengah, pesantren, hingga kampus. “Sudah berapa korban yang suaranya dibungkam? Sudah berapa pelaku yang kebal hukum? Ini tamparan bagi dunia pendidikan kita!” pekik Rian, disambut sorakan solidaritas massa.
Aksi itu akhirnya direspons Ketua Komisi IV DPRD Trenggalek, Sukarodin. “Kami apresiasi keberanian adik-adik mahasiswa. Aspirasi ini akan kami tindaklanjuti, baik di level kabupaten, provinsi, maupun nasional,” ujarnya diplomatis.
Meski aksi berakhir damai, getaran suaranya seolah masih mengendap di udara. Mahasiswa Trenggalek hari ini menunjukkan: mereka bukan sekadar pengamat, tapi penjaga nyala keadilan di dunia pendidikan.