Banyak Jurnalis Mendirikan Media Tapi Tumbang , NewsTujuh Bongkar 5 Penyebab Utamanya
- account_circle Naw
- calendar_month Sabtu, 22 Nov 2025
- comment 0 komentar

Foto : Illustrasi
Banyak jurnalis bisa menulis berita, tetapi gagal membangun sistem editorial dan monetisasi. Wakil Pimpinan Redaksi NewsTujuh.com Prianto mengungkap lima alasan mengapa banyak media online tumbang dalam waktu singkat.
Media Online Banyak Yang Runtuh: Kontennya Bagus, Tapi Sistemnya Tidak Jalan
NEWSTUJUH.COM , MADIUN – Ledakan media digital dalam beberapa tahun terakhir membuat banyak jurnalis mendirikan media sendiri. Namun fakta di lapangan menunjukkan kondisi yang ironis: banyak media hanya bertahan setahun, bahkan ada yang tumbang di bulan ke-6 sejak berdiri.
Ironisnya, masalah tersebut bukan karena kurangnya kemampuan menulis. Konten justru sering kali bagus. Namun media tetap melemah karena tidak ada sistem yang menopang keberlanjutan.
Statement Wakil Pimpinan Redaksi NewsTujuh Prianto
Wakil Pimpinan Redaksi NewsTujuh, Prianto, memberikan pandangan terbuka mengenai fenomena ini:
“Bisa menulis berita bukan berarti bisa membangun media. Banyak jurnalis membuat media sendiri, tapi rata–rata tumbang dalam setahun karena mereka tidak mengerti bagaimana mengembangkan sistem editorial dan monetisasi.”
Ia menegaskan bahwa masalah utama media bukan pada kualitas konten.
“Konten bagus saja tidak cukup. View bukan trust. Idealisme tidak bisa membayar server. Tanpa sistem, media hanya jadi postingan yang numpang lewat.”
Prianto menilai kegagalan media bukan karena kurang semangat, tetapi karena kurangnya pemahaman membangun fondasi yang benar.
5 Penyebab Media Online Bagus Justru Mati Perlahan
Meski konten berkualitas, banyak media tetap tenggelam. Prianto memetakan lima penyebab utama yang harus diperhatikan:
1. Positioning Tidak Tajam
Banyak media mencoba membahas semua hal, tetapi tidak punya arah dan fokus.
Tanpa positioning yang jelas:
Media tidak memiliki identitas
Tidak memiliki pembeda
Tidak membangun audiens loyal
Akibatnya, media kehilangan daya tarik jangka panjang.
2. Distribusi Bagus, Tapi Reach Tetap Nol
Banyak platform digunakan, tetapi tidak ada strategi:
Konten tidak dioptimasi SEO
Tidak memahami algoritma
Tidak ada funnel distribusi
Distribusi tanpa strategi hanya menghasilkan angka nol di balik kerja keras.
3. Monetisasi Tidak Terarah
Sebagian media hanya menunggu iklan yang tidak kunjung datang.
Masalah yang muncul:
Tidak jelas sumber pendapatan
Tidak ada diversifikasi
Bergantung total pada AdSense atau sponsor
Monetisasi yang lemah membuat media cepat kehabisan biaya operasional.
4.Tim Burnout, Semua Dikerjakan Sendiri
Founder merangkap semua posisi:
Jurnalis
Editor
Desainer
Admin
Social media
Iklan
Tanpa sistem kerja, burnout datang cepat dan produktivitas anjlok. Media pun berhenti secara perlahan.
5. Audiens Tidak Stay, Hanya Lewat
Konten dibaca, tapi tidak membangun keterikatan.
Akibatnya:
Tidak ada pembaca setia
Tidak terbentuk komunitas
Tidak ada trust
Media hidup dari audiens loyal, bukan sekadar traffic sementara.
Tanpa Sistem, Media Akan Tenggelam Seperti Postingan yang Lewat
Prianto menegaskan bahwa mengelola media digital tidak cukup hanya dengan menulis berita. Yang dibutuhkan adalah sistem editorial, sistem distribusi, dan sistem monetisasi yang jelas.
“Kalau tidak dipetakan sejak awal, media hanya akan menjadi konten yang lewat begitu saja. Tanpa hasil, tanpa dampak.”
Ia menutup dengan satu kalimat yang menohok:
“Konten bagus hanya berguna jika ada sistem yang membuatnya bernilai.”
Media digital memang mudah dibuat, tetapi sulit dipertahankan. Konten adalah pondasi, tetapi sistemlah yang membuat media berdiri tegak.
Melalui pemetaan ini, Prianto berharap lebih banyak jurnalis memahami bahwa media bukan sekadar menulis, tetapi membangun sebuah ekosistem berkelanjutan.
- Penulis: Naw
- Editor: Nur Ulfa , Isworo

Saat ini belum ada komentar