Memulung Demi Bertahan Hidup , Bocah 16 Tahun Putus Sekolah Akibat Dibully
- account_circle Rif , Naw
- calendar_month Jumat, 24 Okt 2025
- comment 0 komentar

Terhimpit ekonomi , Gina (16) putus sekolah dan menjadi pemulung (Foto : Rif,NewsTujuh)
Terhimpit ekonomi,Bocah 16 Tahun Putus Sekolah dan Menjadi Pemulung
LAMPUNG – Kisah memilukan datang dari dunia pendidikan di Bandar Lampung. Seorang remaja berusia 16 tahun, berinisial GDS, terpaksa menghentikan pendidikannya setelah menjadi korban perundungan (bullying) di lingkungan sekolahnya, SMPN 13 Bandar Lampung.
GDS mengaku sering mendapat ejekan dan hinaan dari teman-temannya karena status ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. “Saya sering di-bully. Mereka menghina orangtua saya pemulung, tukang rongsokan. Akhirnya saya dikeluarkan sekolah saat kelas VIII,” ujar GDS dengan suara lirih, Kamis (23/10/2025).
Kini, GDS harus mengubur mimpinya melanjutkan sekolah. Setiap hari ia membantu ibunya, Misna Megawati (42), memulung botol dan kardus bekas untuk sekadar bisa makan. “Saya masih ingin sekolah, tapi sekarang pasrah saja. Yang penting bisa bantu Ibu cari rongsokan,” kata GDS.
Kondisi keluarga GDS sangat memprihatinkan. Misna harus menafkahi enam anaknya seorang diri hanya dari hasil memulung dengan penghasilan sekitar Rp600.000 per bulan. “Kadang kami nggak makan sehari atau dua hari. Untung anak pertama masih bisa kirim Rp500 ribu sebulan,” ungkap Misna dengan mata berkaca-kaca.
Misna juga menuturkan alasan pihak sekolah memulangkan anaknya. “Kata kepala sekolah, daripada milih satu dan yang lainnya bubar, akhirnya anak saya dikeluarin,” ucapnya lirih.
Sementara itu, Kepala SMPN 13 Bandar Lampung, Amaroh membantah tudingan telah mengeluarkan Gina dari sekolah,ia malah mengaku sedih dan merasa gagal meskipun pihak sekolah telah berupaya menahan GDS untuk tetap bersekolah.
“Kami sudah berusaha membimbing dan memaafkan setiap pelanggarannya. Tapi penderitaan yang dialami GDS terlalu berat,” ujarnya.
Menurut Amaroh, GDS bahkan sempat menunjukkan perilaku ekstrem akibat tekanan mental yang berat. Ia kerap melukai diri sendiri dan pulang memulung hingga malam hari. “Kami menangis melihat kondisinya. Anak itu tidak diberi makan kalau tidak memulung,” tambahnya.
Amaroh berharap kasus ini menjadi perhatian bagi semua pihak agar lebih peduli terhadap anak-anak dari keluarga kurang mampu. “Saya minta maaf kepada GDS dan keluarganya. Kami semua merasa gagal. Semoga dia tetap semangat dan suatu hari bisa kembali bersekolah,” tutupnya.
- Penulis: Rif , Naw
- Editor: Narulata , Isworo

Saat ini belum ada komentar